Qazuma.com
Slider 1 mini Slider 2 mini

Pembalasan perselingkuhan


Cerita Sex 17plus – Bagi pembaca yang telah mengikuti kisahku di “Sensasi Membawa Nikmat”, tentunya sudah tahu latar belakangku. Dan bagi pembaca yang belum kusarankan untuk membaca dahulu.
*****
Setelah peristiwa bersama Rico, hubunganku dengan Risa makin membaik secara kualitas, namun secara kuantitas aku agak jarang bertemu dengan Risa karena aku harus bekerja dan melanjutkan studi di luar kota. Sehingga paling dua minggu atau tiga minggu sekali aku bertemu dengannya.
Perihal dengan Rico aku tak cemburu lagi dengannya, apalagi aku sudah dikenalkan juga dengan pacarnya Rico. Findi namanya. Anaknya lumayan cantik, badannya juga seksi meski teteknya tak sebesar Risa, pacarku. Kutaksir ukuran BHnya sekitar 34B.
Kisahku ini terjadi ketika aku pulang ke kota K, untuk menengok Risa. Kangenku padanya sudah nggak ketulungan, harusnya aku pulang 2 minggu lagi, tapi aku pulang seminggu lebih awal, karena udah tak tahan kangen. Sengaja Risa tak kuberi kabar untuk memberikan kejutan kepadanya, karena saat kutelepon katanya ia kangen sekali denganku.
Pagi-pagi benar aku sudah sampai di kota K, setelah melepas lelah aku meluncur naik taksi ke dekat rumah Risa. Dari wartel yang berjarak 500 m, kutelepon ke rumahnya.
“Pagi, Risanya ada?”
“O.. Risanya pergi baru dua menit yang lalu” Ibunya Risa yang mengangkat telephone.
“Kemana ya Bu?”
“Aduh kurang tahu ya.. Katanya mau bimbingan skripsi atau apa gitu?”
“Ya udah Bu, makasih”
Begitu kuletakkan telepon, kulihat mobil Risa melintas di depanku, entah kenapa aku tak terlintas dalam benakku untuk mengikutnya. Kulihat Risa berdandan sangat cantik dan sexy, mungkin itu juga yang membuatku curiga karena selama ini setiap ia bimbingan, dandanannya biasa-biasa saja. Akhirnya kuminta sopir taksi untuk mengikuti mobil Risa.
Setelah berjalan 3 km, tiba-tiba mobil berhenti, kemudian pintu dibuka, kulihat cowok yang sangat kukenali wajahnya, Rico teman sekampus Risa, sesaat mereka ngobrol kemudian Rico masuk ke mobil melalui sebelah kanan. Ternyata mereka ganti stir, Rico yang memegang stir kemudian Risa duduk si sebelahnya.
Beberapa saat mobil berjalan Risa menoleh ke belakang, aku terkejut langsung kutundukkan badanku agar ia tak mengenaliku. Saat ku munculkan lagi wajahku betapa terkejutnya aku ketika Risa ternyata mencium pipi Rico, kemudian ia menggelayut mesra di bahu Rico sambil Rico terus menyetir. Hampir saja kuminta sopir taksi untuk menghentikan mobil mereka, namun naluriku berkata lain aku harus ikuti kemana mereka pergi.
Mobil Risa terus meluncur melewati batas kota K melewati kota U arah menuju areal wisata di kota B. Tiba-tiba badanku merinding, keringat dingin membasahi tubuhku, jangan-jangan mereka benar ke kota B, tempat aku dan Risa biasa memadu asmara. Sejenak aku diam menenangkan diri, tiba-tiba kulihat Hpku, aku ada ide coba telp HP Risa, toh ia tidak tahu kalo aku lagi pulang ke kota K.
“Hallo Sayang, lagi ngapain?”
“Eh Ryan, kupikir siapa kok nggak ada nomornya?” jawab Risa santai
“Oh iya aku pakai private number, sori belum kuganti. Lagi dimana nih?”
“Ini Ryan mau ke tempatnya Bu Ani, konsultasi skripsi”
“Emang rumahnya di mana?”
“E.. Di jl. KS..” Kudengar Risa agak gugup, ia menjawab sekenanya. Padahal setahuku Bu Ani itu rumahnya di Jl. RHT.
“Ya udah, ati-ati ya..”
“Ok Ryan Bye, cup ah..” Gila kupikir Si Risa, dia bohongi aku tapi masih juga sempat bersikap mesra.
Dengan jawaban tadi aku yakin betul kalo Risa dan Rico sedang menuju ke tempat wisata di kota B. Terbayang di wajahku pergumulan yang pernah aku lakukan bersama Rico dan Risa, ada gairah, ada cemburu yang membara. Tapi kenapa mereka lakukan ini? Kenapa Risa menghianatiku? Kenapa Rico menyalahgunakan kepercayaanku? Bukankah kuajak dia ikut bergabung pada permainan dulu itu agar tak ada cemburu diantara kita? Kenapa mereka melakukan ini tanpa seijinku bahkan berbohong kepadaku? Sejuta pertanyaan terus melintas di kepalaku.
Aku menyalahkan diriku sendiri kenapa kuajak Rico waktu itu? Ah semuanya sudah telanjur, aku nggak bisa membayangkan lagi apa yang mereka perbuat selama ini ketika aku di luar kota. Dengan dalih skripsi mereka bebas melakukan apa saja.
Di sela-sela kegundahanku tiba-tiba kuingat Findi, pacar Rico. Sedang apa kira-kira dia? Tahukah ia kalo Rico selingkuh dengan Risa. Tiba-tiba ada gairah dalam diriku untuk menikmati tubuh Findi, kubayangkan bodynya, putihnya dan pantatnya yang aduhai. Kulihat Hpku kucoba cari nomornya, ah bersyukur aku ternyata aku masih menyimpan nomornya.
“Hallo Findi?”
“Iya.. Siapa nih?”Suaranya merdu dan manja sekali.
“Ini Ryan..”
“Oh Bang Ryan. Gimana kabarnya Bang?” sapanya sangat lembut dan ramah.
“Baik.. Findi sendiri gimana? Baik juga kan?”
“Iya Bang”
“Lagi dimana nih Fin”
“Di tempat temen Bang, di U”
“Lho nggak pacaran, kan hari sabtu?”
“Aduh Bang, Rico lagi sibuk sekali akhir-akhir ini ngerjain skripsi, jangankan pacaran telp aja aku takut ganggu.. Lho bukannya Rico lagi ke dosen ama Mbak Risa? Abang di K kan? Belum ketemu Mbak Risa?” tanyanya seperti memberondong.
“Oh ya tho.. Belum tuh Riss.. Eh kamu di kota U ya? Aku juga di U nih.. Gimana kalo kita ketemu, itung-itung ngilangin kangen sebagai sesama ditinggal pacar sibuk skripsi.. He.. He..” kucoba sambil bercanda sekaligus menghilangkan rasa cemburuku pada Risa dan Rico.
“Ah Abang bisa aja.. Tapi boleh juga Bang, soalnya temenku juga mau pergi bentar lagi”
“Ya udah kujemput kamu ya..” Setelah Findi memberikan alamat temennya lalu kusuruh sopir taksi meluncur ke alamat tersebut.
“Pagi Fin”
Gila kulihat cantik sekali Findi pagi ini badannya yang dibalut kain ketat serta celana ketat tiga perempat seolah memamerkan semua tonjolan yang ia punya.
“Eh Abang.. Udah dateng kok cepat sekali?”
“Iya nih.. Ternyata posisiku tadi udah dekat.. Yuk” ajakku sambil mengandengnya masuk ke taksi. Terasa harum wangi parfumnya membuat ‘adik’ku menggeliat.
Setelah memasuki taksi, kemudian kami meluncur dengan cepatnya, seakan tahu betul sopir taksi itu mengarahkan ke obyek wisata B.
“Kemana kita Bang?” Tanya Findi melihat taksi ke arah B
“Gimana kalo kita ke B, sambil lihat pemandangan. Di jakarta lihatnya gedung terus sih..”
“Boleh Bang.. Siapa takut.. Asal nggak aneh-aneh aja Abang”
“Aneh-aneh gimana maksudnya?”
“Ya kan dah lama nggak ketemu Mbak Risa.. Aku nanti jadi pelampiasan lagi” katanya sambil mengerling penuh arti.
“Dasar kamu..” kataku sambil kucubit dia.
Di perjalanan kami terus bercanda, cerita kesana-kemari sampe akupun agak lupa kalo tujuanku adalah investigasi Risa dan Rico. Hingga karena taksi dikemudikan sangat cepat maka tanpa diduga sebelumnya posisi taksiku persis di belakang mobil Risa yang dikemudikan Rico.
“Bang itu bukannya mobil Mbak Risa? Yang nyetir Rico kan? Mau kemana mereka? Kok kemari?”
“Itulah yang juga Abang ingin tahu, Abang sejak tadi membuntuti mereka. Trus Abang telp Findi, eh pas di kota U juga, jadi sekalian aja pikirku. Abang juga penasaran kok Fin”
“Pantesan sibuk terus mereka, jangan-jangan”Findi tak meneruskan kata-katanya, matanya berkaca-kaca, ia rebahkan tubuhnya ke dadaku.
“Bang.. Gimana nih Bang?”
“Udahlah Fin.. Gak pa-pa.. Santai aja, toh Findi kan juga sama Abang.. Jadi satu-satu nantinya hehe”
“Ih Abang genit..
“Katanya sambil terus merapatkan ke badanku seakan nggak mau ia lepaskan. Kulihat Findi mulai agak tenang.
Taksi kami terus mengikuti arah mobil Risa, dari belakang kulihat sesekali Risa mencium Rico, kadang sebaliknya Rico yang mencium Risa.
“Ih.. Mereka genit sekali” kata Findi sebel.
“Aku cium Abang juga ah..” Tanpa peduli pada sopir taksi tiba-tiba Findi menciumku.
“Ih nakal kamu” Padahal saat itu adikku betul-betul tegang, aku bergairah melihat apa yang akan diperbuat Risa dan Rico sekaligus bergairah karena Findi terus merapat ke badanku.
Tiba di kota B. Kulihat mobil Risa belok ke arah Hotel KDR, aku hafal betul karena di tempat itu aku dan Risa sering memadu kasih, lalu kuminta sopir taksi untuk terus dulu supaya nggak ketahuan mereka kalo aku dan Findi membuntuti.
“Bang mereka ke Hotel. Mau ngapain mereka? Masak konsultasi di Hotel?” Findi semakin sebel diliputi rasa cemburu, rasa yang sama yang pernah kurasakan dulu (Cemburu Membawa Sensasi).
“Udah Fin, tenang aja nanti kita ikutin mereka”
Setelah beberapa saat taksi kemudian kuminta berputar masuk ke hotel, aku berbincang-bincang sesaat dengan reseptionist yang aku udah lumayan kenal karena langganan lalu aku minta kamar di sebelah Risa dan Rico. Sedangkan sopir taksi kuminta dia pulang setelah kubayar, karena aku berpikir pulangnya bareng sekalian dengan Risa dan Rico.
Jalan menuju ke kamarku melewati depan kamar Risa dan Rico, saat aku lewat terdengar desahan-desahan yang sangat menggairahkan. Kurang ajar batinku ternyata mereka udah nggak mampu menahan lagi, tapi di sisi lain desahan-desahan itu justru membuatku terasa bergairah.
Begitu masuk kedalam kamar aku dan Findi segera mencari lubang yang dapat kami gunakan untuk mengintip aktivitas Risa dan Rico, tanpa menemui kesulitan kami menemukan lubang yang mampu melihat aktivitas mereka secara jelas namun tak mungkin mereka lihat karena tempatnya sangat tersembunyi.
“Oh Ris.. Aku kangen sekali ama tetekmu” ujar Rico sambil memegang dada Risa yang masih terbungkus kain lengkap.
“Ohh.. Ohh.. Aku juga Ric, aku kangen ama batangmu yang tegak itu” desah Risa sambil terus mereka berciuman bibir.
Kulihat Findi begitu dongkol melihat kelakuan mereka, namun sisi laen aku juga lihat kalo Findi wajahnya merah, kuduga selain menahan amarah ia juga menahan gairah melihat aktivitas Rico dan Risa. Perlahan kuraba paha Findi yang masih terus menginthp aktivitas Rico dan Risa.
“Ohh.. Oh..” Lenguhnya tanpa menggeser posisi mengintipnya.
Sementara di seberang kamar kulihat Rico telah berhasil melucuti pakaian atas Risa hingga yang tertinggal di atas hanyalah BH Risa.
“Ohh.. Ric.. Lidahmu nakal sekali”
“Tapi kamu suka kan?”
“He eh.. Ehm.. Oh.. Terusin nakalmu Ric, lepaskan BH ku” Risa semakin bernafsu.
Aku hafal betul kalau Risa paling tidak tahan jika teteknya di pegang. Dalam sekejap BH Risa sudah terlepas dari tempatnya, kini yang nampak adalah dua buah gunung kembar yang menjulang dengan puting yang sudah mengeras. Rico dengan lahap menjilati puting tersebut.
“Ohh.. Enak sekali Ric.. Kok bisa ya sekecil ini di jilat rasanya sampe ke ubun-ubun.. Oh” lenguh Risa dengan manja menahan gairah. Sementara aku sendiri terus bergerilya di paha Findi..
“Ough.. Ohh.. Enak Bang”
“Lepasin celanamu ya..” Pintaku dengan berbisik
“Ho.. Oh” Kulepas celananya yang tiga perempat, sengaja kusisakan CD-nya biar ada sensasi tersendiri.
“Uhh.. Bang” rintihnya ketika tanganku mengucap vegynya yang masih tertutup CD, namun nampak jelas rambut-rambutnya yang hitam kecoklatan.
“Ohh.. Ouhh.. Ohh.. Kamu pintar sekali Bang” desahannya makin keras tatkala kuraba bibir vegynya yang sudah basah.
Di seberang kamar kulihat Risa dan Rico sudah tak berpakaian lagi alias telanjang bulat. Risa kulihat sedang mengoral penis Rico.
“Ohh.. Ris enak.. Sekali.. Oh” Rico meracau.
“Enak mana ama kuluman Findi Ric?” Tanya Risa sambil terus mengoral.
“Enakan oralmu Ris”.
Mendengar ucapan Rico, Findi menjadi jengkel. Seolah ia akan membuktikan ucapan Rico, kemudian ia segera melucuti celanaku. Terpampanglah penisku yang sudah tegak mengacung. Tanpa banyak basa basi ia langsung kulum penisku.
“Oh.. Ohh..” Bibir tipis Findi ternyata lihai juga mengoral penisku, memang kuakui bibir tebal Risa lebih mantap untuk mengulum penis, namun demi menyenangkan hati Findi aku tetap memuji dia.
“Auh.. Ogh, enak.. Fin.. Bohong kalo Rico bilang enakan kuluman Risa.. Ohh..” Seakan makin bersemangat Findi terus mengocok penisku dengan cepat.
“Oh.. Fin enak sekali.. Aku nggak tahan Fin..” sambil terus Findi mengulum penisku, tanganku menyelusup ke dada Findi, kutemukan dua gunung yang memang nggak sebesar punya Risa.
“Ohh.. Bang.. Aku bergairah sekali.. Bang.. Oh..”
Kulihat di kamar sebelah Risa dan Rico sudah tidur berpelukan, terdengar dengkuran halus Risa yang sangat kukenal. Karena aku dan Findi terlalu asyik bermain sehingga tidak sempat melihat sampai klimaks Rico dan Risa dalam mendaki kenikmatan.
“Bang masukin punyamu Bang.. Ohh.. Aku nggak tahan lagi” perlahan kumasukin penisku di vagy Findi.
“Pelan-pelan Bang.. Oh.. Nikmat.. Ohh”
“Ohh.. Ough..”
“Ouhh.. Ough.. Oghh.. Ohh” Kami terus berpacu mengjar nafsu yang semakin membara seolah lupa kalo di sebelah ada pasangan kita masing-masing.
“Ohh.. Bang aku hampir sampe”
“He eh.. Abang juga.. Dikeluarin dimana?”
“Di luar aja Bang aku lagi subur.. Oh”
“Ya udah Findi keluarin dulu..”
“Oh.. Bang.. Oh.. Ohh” Rintihan panjang Findi mengakhiri klimaksnya.
Ia semburkan lahar basahnya ke penisku, sementara penisku segera kutarik dan kukgoyang-goyangkan dengan keras di atas perut Findi.
“Ohh.. Ohh” cret cret spermaku keluar dengan derasnya di perut Findi.
Kami kemudian berpelukan sangat erat. Sementara itu di kamar sebelah Rico dan Risa masih tertidur, demikian pula dengan Findi, ia tertidur mungkin karena kecapekan. Sedangkan aku sendiri tak bisa tidur. Sambil menghisap rokok aku berpikir keras untuk menggali ide agar dapat menyelesaikan konflik perselingkuhan ini dengan happy ending dengan tanpa amarah bahkan kalo bisa dengan gairah, karena bagaimanapun awalnya aku yang salah dan aku memang sangat mencintai Risa, tapi vegy Findi pun juga lezat rasanya.
Tamat

Posted By Qazuma4:18 AM

Skandal keluarga PRT


Cerita Sex 17plus – Ketika anak saya berumur satu tahun saya pindah rumah. Rumah sendiri. Rasanya sudah cukup bekal mental kami untuk tinggal sendiri. Semua pelajaran tentang bagaimana berumah tangga yang kami terima dari ibu mertua tampaknya cukup. Juga soal seks tentunya:). Kami hanya sekali melakukannya, dan tak ada keinginan untuk menguanginya. Saya takut, seperti halnya kejadian saya dengan Mbak Maya dan Rosi. Tapi diam-diam saya geli sekaligus bangga terhadap diri saya. Benar-benar luar biasa. Empat perempuan dalam satu keluarga telah saya tiduri, dan rahasia itu terjaga dengan aman sampai kini, saat saya tuliskan kisah saya ini. Skandal yang menurut saya luar biasa.
Sesungguhnyalah petualangan seks saya sebenarnya belum berakhir. Skandal terus berlangsung di dalam rumah saya. Terus terang saya memang tidak punya cukup keberanian untuk melakukan perselingkuhan dengan perempuan lain di luar yang benar-benar saya kenal. Mungkin karena pada dasarnya saya suami yang “baik”. Kedua, saya tidak memiliki daya tarik seksual (sex appeal) yang menonjol. Tinggi badan saya cuma 162 cm. Terlalu pendek untuk laki-laki. Kulit sawo matang, dan wajah biasa mesti tidak jelek. Tidak ada yang luar biasa. Jadi sangat jarang perempuan tertarik secara fisik kepada saya. Saya juga tidak agresif dalam bergaul, meskipun saya cukup humoris. Saya tak punya banyak teman wanita kecuali teman sekantor, dan beberapa teman maya (e-pal). Saya merasa sangat nyaman berteman dengan perempuan-perempuan di dunia maya. Lebih bebas. Baiklah, yang saya ceritakan ini mengenai perempuan pembantu saya.
Kami sering berganti-ganti pembantu. Paling lama mereka hanya bertahan satu tahun. Entah kenapa. Mungkin mereka tidak cocok dengan istri saya yang cenderung tak banyak omong sehingga terkesan galak. Mungkin juga malas mengasuh anak kecil. Entahlah. Justru pergantian-pergantian inilah yang membuka pintu perselingkuhan seks bagi saya. Yang pertama dengan seorang gadis bernama Sri. Usianya saat itu 16 tahun. Dia kami peroleh di sebuah penampungan PRT, semacam sebuah yayasan. Saat itu istri saya sedang memilih-milih sejumlah PRT yang ditawarkan pengelola. Saya menunggu di ruang tamu dengan anak saya. Anak saya terus bergerak-gerak. Maklum baru beberapa minggu bisa berjalan. Saat dia melihat mamanya anak saya berlari ke arahnya. Mamanya akan menangkap, tetapi keburu didahului seorang gadis. Salah seorang PRT. Gadis itu mengangkat anak saya menimangnya. Anak saya kelihatan senang. Saya dan istri saya tertegun.
Lalu saya lihat istri saya berbicara dengan gadis itu. Beberapa saat kemudian istri saya menghampiri saya.
“Gimana kalau dia saja?” tanyanya.
Saya bingung. Kalau melihat bagaimana gadis itu bersikap terhadap anak saya, rasanya dialah yang kami cari. Kami memang butuh PRT yang pintar mengasuh anak. Maklum saya dan istri pekerja, sehingga tanggung jawab anak sepenuhnya kami serahkan ke pembantu. Tetapi melihat fisik gadis itu, saya ragu. Rupanya istri saya tahu apa yang ada dalam benak saya. Anak kami masih dalam gendongan gadis itu. Gadis yang benar-benar tak layak menjadi PRT. Percayalah. Dia terlampau cantik sebagai PRT. Kulitnya putih bersih. Tinggi semampai, ramah, periang. Dan, waduh. Teteknya sangat besar.

Tidak. Saat ini saya sedang mencari pengasuh anak. Itu yang penting.
“Dia saja ya?” Istri saya mendesak. Saya bigung.
“Si Nisa lengket banget tuh.”
Akhirnya gadis bernama Sri itu kami ambil. Inilah sebenarnya kekeliruan istri saya. Maaf, pembaca. Pembantu saya ini setingkat lebih cantik dibanding istri saya sendiri. Benar-benar membingungkan kan? Bahkan para tetangga kami tadinya tidak percaya kalau itu pembantu saya. Mereka mengira dia famili kami. Reaksi saudara-saudara istri saya negatif. Mereka keberatan dengan pembantu secantik itu. Apalagi Sri benar-benar ramah luar biasa. Dia juga cenderung cerdas meskipun hanya lulusan SMP. Ibu mertua saya bahkan marah-marah pada istri saya dan meminta saya mengganti pembantu. Istri saya memberi penjelasan tetang bagaimana Sri pintar merawat Nisa. Penjelasan ini tidak bisa diterima ibu. Saya menduga keberatan itu karena ibu khawatir akan terjadi sesuatu antara menatunya dengan Sri. Beliau kan contoh nyata. Istri saya bersikukuh, bahkan ketika ibu mengancam tidak akan berkunjung ke rumah kami sampai kami mengganti pembantu.

Apa yang dikhawatirkan ibu memang beralasan. Saya benar-benar tergoda oleh semua yang ada dalam diri Sri. Kecantikannya, kebersihan kulitnya, teteknya, keramahannya. Dua bulan sejak dia ikut kami, saya sudah mulai punya pikiran kotor. Saya mulai mencari cara untuk bisa meniduri Sri. Maukah dia? Istri saya sama sekali tidak mencurigai saya. Baginya saya adalah pria yang culun dan setia. Dunia saya hanya duania kantor dan rumah. Setiap kali dia menghubungi saya, ya saya hanya di kantor atau di rumah. Itulah yang membuatnya merasa tenteram, tidak menaruh curiga apa-apa. Bodoh.
Serangan terhadap Sri saya lakukan pada suatu malam ketika istri saya keluar kota. Birahi saya muncul sejak siang. Istri saya berpesan kepada Sri supaya kalau malam Nisa tidur dengan dia. Soalnya istri saya paham betul tabiat saya kalau tidur malam. Susah bangun sekalipun anak menangis keras di sisi saya. Sejak sore Nisa bersama saya, bercengkerama di depan TV, lalu tertidur sekitar jam 19.00. Saya tiduran di sebelahnya sambil nonton TV. Tapi sebenarnya pikiran saya sedang kacau oleh birahi dan keinginan untuk menikmati tubuh Sri. Tetek gadis itu benar-benar sangat menggoda saya. Seperti apa rupanya tetek besar seorang gadis? Saya ingin meremas-remasnya, ingin mengulum dan menjilatinya.
Saya telah memasang perangkap sejak sore. Tapi tidak ada reaksi apa-apa. Saya tiduran dengan berbalut sarung, tanpa baju. Hanya CD saja. Jam 20.00 Sri meminta Nisa untuk dibawa ke kamarnya. Saya pura-pura menolaknya.
“Sudah biar tidur sama saya saja,” kata saya.
“Nanti dimarahin Ibu. Katanya Bapak kalau tidur..”
“Ahh sudahlah,” saya memotongnya.
“Nanti saja, saya masih pingin di dekat Nisa,” sahut saya.
“Saya sudah mengantuk, Bapak.”
Saya diam saja. Gadis itu mengenakan kaos denga rok span di atas lutut. Dia duduk melipat lutut di sebelah Nisa. Rambutnya tergerai sebahu. Hmm. Sepasang pahanya yang putih tersembul dari roknya.
“Sudah kamu tiduran di situ dulu nanti kalau sudah waktunya aku bangunin terus kamu bawa Nisa ke kamarmu,” kata saya.

Perangkap saya pasang. Dia tampak ragu dan bingung.
“Sana ambil bantal kamu!” perintah saya.
Dia beranjak. Sebentar kemudian datang lagi dengan membawa bantal dan selimut. Dia rebahkan tubuhnya di sisi Nisa. Dia balut tubuhnya dengan selimut. Tenggorokan saya seperti tersekat. Kering. Haus rasanya. Saya tidur dengan Sri hanya dibatasi si kecil Nisa. Sri mencoba memejamkan mata. Sesekali melirik ke arah TV. Lalu saya tidur menghadap ke arahnya. Memandanginya. Rupanya dia tahu saya memandangi. Sekilas dia memandang saya, lalu memejamkan mata. Saya memandangi terus. Semakin kagum, dan semakin panas dingin tubuh saya. Penis saya sudah tegang sejak tadi. Saya bingung bagaimana mengawali. Maukah Sri menerima saya? Kalau dia melawan? Kalau berteriak-teriak? Kalau besok minta keluar? Pikiran saya mulai kacau. Antara berani dan tidak. Saya mencoba tersenyum kepadanya ketika dia melirik saya. Dia tak bereaksi. Tampaknya dia tahu apa yang berkecamuk dalam benak saya.

Saya memanggil namanya pelan. Dia membuka matanya.
“Kamu cantik sekali.” Dia terbelalak dan merapatkan selimutnya.
Saya terus memandanginya. Lalu saya lihat dia tersenyum tipis.
“Kamu cantik sekali,” kata saya lagi.
Wajahnya merah. Timbul keberanian saya. Saya mencoba meraih jemarinya yang tersembul dari selimut. Dia kaget dan menariknya. Saya hentikan serangan saya. Sesaat kemudian saya coba raih helai-helai rambutnya. Saya elus kepalanya. Dia diam. Saya makin berani.
“Kamu pernah punya pacar?”
“Sudah ahh Bapak. Nggak boleh gitu,” katanya.
Nisa bergerak-erak seperti mau bangun. Sri mencoba menengkan dengan menepuk-nepuk punggungnya. Kesempatan itu saya gunakan untuk meraih tangannya. Saya gengam. Dia diam, hanya matanya yang lurus ke arah mata saya. Saya cium tangan itu. Penis saya makin tegang. Saya ciumi punggung tangan itu, lalu telapak tangannya. Tak ada rekasi. Saya makin berani. Secepat kilat saya bergeser tempat. Kali ini di belakanganya.
“Bapak jangan gitu, ahh,” dia menepis tangan saya yang mencoba memeluknya.
“Kenapa?”
“Nggak boleh. Nanti dimarahin Ibu.”
“Kan Ibu nggak ada?”
“Nanti dibilangin sama Adik. Dik Nisa, besok bilangin ke mama, Papa nakal ya?” Sri berbicara pelan kepada Nisa.

Saya tersenyum dan kembali memeluknya. Kali ini dia diam. Saya merapatkan badan kepadanya.
Saya gesek-gesekkan penis saya ke tubuhnya. Dia menggelinjang sebentar, dan berusaha menjauh, tapi tubuhnya terantuk tubuh kecil Nisa. Saya makin beringas. Saya buka selimutnya. Saya usap kakinya. Ke atas, di paha. Dia mendesis dan berusaha menghindar.
“Saya tidur di kamar saja ahh.”
Dia mencoba bangkit tapi saya menahannya.
“Jangan.”
“Bapak nakal sih.”
Saya menghentikan aksi. Sesaat kemudian hanya tangan saya yang saya taruh di pingangnya. Dia diam saja. Lalu saya kembali memeluknya. Ahh tepatnya mendekap dia. Saya gesek-gesek pelan tangan saya di bagian perutnya. Dia tak bereaksi. Saya terus berusaha memberi rangsangan dengan menyusupkan jari saya ke kulit perutnya. Tampaknya berhasil. Dia mendesis. Tak ada perlawanan. Tangan saya merayap pelan ke atas sampai terentuh dinding yang sangat tebal. Tetek yang luar biasa besarnya. Benar-benar baru kali ini saya liat tetek sebesar ini. Saya sentuh pelan-pelan. Saya takut dia menolaknya. Tapi tidak ada reaksi.

Baru ketika saya pelan-pelan meremas, tubuhnya terlihat bergerak-gerak. Dia melenguh. Saya makin kalap. Remasan makin keras, dan menyelusuplah tangan saya ke dalam BH-nya. Tersentuh dagihg kenyal. Saya raba, saya remas. Sri menggelinjang. “Hh..” Tangannya mencengkeram tangan saya. Saya mulai menaiki tubuhnya. Sarung saya lepas. Saya hanya bercelana dalam. Sri memejamkan mata. Saya cium bibirnya dengan tangan saya tetap meremas-remas payudara besarnya. Tanpa saya duga, dia membalas ciuman saya. Bakan menghisap lidah saya dengan rakus. Bibir saya bergerak turun ke leher. Selimut telah lepas dari tubuhnya. Saya singkap kaosnya, dan akhirnya, saya lihat kutang itu terlalu kecil untuk teteknya yang super besar. Hanya dengan sekali geser. Putingnya telah tersembul. Saya cium puting itu. Saya hisap, dan saya gelitik. Dia meronta-ronta. Tangannya memeluk saya erat-erat. Lalu saya cium lagi bibirnya.
“Kamu pernah melakukan dengan cowok?” bisik saya sambil memainkan lidah di telinganya.
“Belum.”
Tangan saya bergerak ke bawah, ke celah CD-nya, mengelus-elus semak-semak lembut, dan menggelitik sebuah celah yang telah basah. Sri mencengkeram kepala saya, lalu menariknya. Dia mencium bibir saya. Melumatnya. Lidah saya disedot dengan hebatnya. Saya permainkan tangan di bawah, menyusuri sepasang bibir vagina. Kadang memutar-mutar di ujung bibir. Ketika mencoba masuk ke sebuah lubang, saya tahu, gadis ini masih perawan.

Tangan Sri telah mengcook penis saya. Mengocok dan meremas-remas dengan sangat kuatnya. Sakit. Persis seperti yang dilakukan Rosi, ipar saya di Taman KB malam itu. Saya buka CD Sri, hingga pangkal kakinya, lalu dia menendang sendiri CD itu, melayang ke dekat TV. Dia juga menarik CD saya.
“Kamu masih perawan Sri?” taya saya.
Dia mengangguk sambil terus mengocok penis sya. Kocokan yang kasar.
“Kamu mau saya masukkan ini saya?” saya memegang tangannya yang sedang mengocok penis.
Dia mengangguk. Tapi saya takut. Saya tak berani megambil keperawanannya. Biar bagaimana saya masih punya rasa kasihan. Tak tega saya. Benar-tbenar tak tega. Tapi nafsu telah menguasai kami.
“Saya ciumin saja ya?” Dia mengangguk-angguk.

Saya membalikkan tubuh saya, mengangkat kedua pahanya yang padat. Memeknya disinari cahaya TV. Saya mulai menjilati. Meskipun tercium aroma yang tidak enak, saya tidak mempedulikan. Saya terus menjilatinya. Sri mengerang-erang. Saya coba menaruh penis saya di depan mulutnya. Tapi dia hanya meremas dan mengocoknya. Ketika lidah saya makin beringas menjilati memeknya, barulah dia memasukkan penis saya di mulutnya. Saya sibakkan bibir memeknya. Saya jilat-jilat isinya, jari tengah saya mencoba menusuk pelan. Sri mengangkat pantatnya. Mulutnya menghisap-hisap penis saya. Terdengar bunyi sangat keras.
Si Nisa masih pulas tanpa terganggu perang di sebelahnya. Ketika saya merasa hendak ejakulasi, saya tarik penis saya. Saya ingin sperma saya jatuh di luar mulutnya. Serentak dengan itu saya mengulum kelentit. Sri menarik pinggul saya dan menghisap kuat penis saya. Srtt srrtt Sperma saya pu terpancar. Sri berusaha mendorong keluar tubuh saya. Tapi kali ini saya justru menekannya. Saya tidak ingin penis saya lepas dari mulutnya. Seluruh mani saya telah keluar. Sebagian telah masuk ke dalam kerongkongan Sri. Dia tampak muntah-muntah. Suaranya sangat keras. Saya jadi ketakutan. Dia menampung muntahan dengan selimutnya. Saya menjadi iba. Saya pijat-pijat tengkuknya. Beberapa saat kemudian dia mulai tenang. Saya ambilkan air, dan di meminumnya.
Dia memukuli dada saya. “Bapak nakal. Bapak nakal.” Saya lega.
“Tapi kamu masih utuh kan? Kamu tidak kehilangan mahkotamu, kamu tidak akan hamil.”
Dia tersenyum lalu beranjak menuju kamar mandi. Saya puas. Benar-benar puas.

Perseligkuhan dengan Sri saya ulangi beberapa kali. Banyak sekali kesempatan terbuka. Segalanya berjalan sangat lancar. Kami melakukannya tidak hanya ketika istri saya serang keluar kota. Tetapi juga siang hari saat istri kerja dan aku pulang diam-diam. Bedanya, Sri tak lagi mau membuka CD-nya. Dia bersedia mengulum penis saya. Jadi aku hanya berhak atas bibir dan tetek. Bagi saya itu lebih dari cukup. Saya memang tidak menginginkan memek Sri. Biarlah itu menjadi milik suaminya kelak.
Suatu saat, entah karena apa, istri saya meminta Sri keluar. Sri sangat terpukul. Dia menangis sesenggukan. Saya juga kaget dan takut. Ada apa sebenarnya? Apakah istri saya tahu yang terjadi antara saya dan Sri? Akhirnya istri saya berterus terang, sebenarnya dia tak ingin Sri keluar.
“Semua ini karena ibu,” kata istri saya kepada Sri.
Sebagai gantinya ibu telah menyediakan pembantu. Seorang perempuan yang buruk rupa. Hitam, dekil, dan udik. Hmm.
Kepada Sri istri saya mencarikan kerja di sebuah toserba yang cuku besar. Ini berkat bantuan relasi istri saya. Sri gembira bukan main meskipun sedih harus berpisah dengan Nisa. Sejak itu saya tak pernah bertemu dia lagi. Tapi berharap suatu saat bisa bertemu ketika dia telah bersuami, dan mengulang apa yang pernah kami lakukan. (Sri, jika kamu tahu, saya menunggumu)

Pembantu berikutnya yang menjadi pelampiasan narfsu saya bernama Mumun. Usianya sama dengan Sri. Meskipun tak secantik Sri, namun dia cukup menarik untuk ukuran pembantu. Pendekatan dengannya bahkan lebih lama dibandingkan yang saya lakukan terhadap Sri. Yang saya lakukan pertama adalah saya mencubit lengannya sambil lalu. Beberapa kali itu saya lakukan. Lama-lama dia berani membalas. Tentu tanpa sepengetahuan istri dan anak-anak saya. Waktu itu si sulung kelas 3 SD sedangkan si bungsu masih kecil.
Dari mencubit lengan meningkat menjadi meremas tangan. Bahkan kemudian ketika dia menunggui si kecil tidur di depan TV saya berani mencuri-curi mencium pipinya. Saya bahkan mulai merayu dan mencoba mencium bibirnya, tapi dia menolak. Saya tak menyerah, dan akhirnya berhasil. Rupanya itu ciuman pertama bagi dia, sekaligus pergumulan pertama. Saya tak berhasil menyentuh payudaranya. Apalagi memeknya. Hanya meremas kutangnya. Dia juga tidak mau memegang penis saya. Tetapi saya sempat ejakulasi.
Sejak pergumulan itu secara sembunyi-sembunyi dia memanggil saya “sayang”. Lucu. Terutama ketika saya pulang kerja. Dia ambilkan minuman dan bilang, “Minumnya sayang.” Pernah suatu ketika, saat di dapur dan saya menggodanya, dia melontarkan panggilan itu. Bersamaan dengan itu istri saya muncul. Hampir kiamat rasanya. Tapi saya lihat istri saya tidak menunjukkan kecurigaan apa-apa. Sikapnya tak berubah.
Mungkin nalurinya saja yang membuatnya mencium aroma skandal saya dengan Mumun. Akhirnya Mumun dikeluarkan dengan alasan “Tidak beres dalam bekerja.” Sejak itu saya tidak tahu kabar tentang Mumun. Pembantu-pembantu penggantinya tak ada lagi yang berwajah “layak” untuk digauli. Pernah sih ada perempuan berkulit bersih. Meski tidak cantik tapi cukup menggiurkan. Sayangnya dia telah bersuami. Suaminya seorang tukang bangunan. Saya tak berani menyentuh perempuan itu. Takut. Lagi pula perempuan itu amat santun, lemah lembut, dan sangat menyayangi kedua anak saya, sehingga saya berusaha menjaga agar perempuan itu betah bersama kami.
Tamat

Posted By Qazuma4:17 AM

Mencoba tukar pasangan


Cerita Sex 17plus – “Lho, Memang Papa juga tidak sakit menyaksikan Mama main dengan orang lain?” balasku tak mau kalah.
“Ma, Justru disitulah seninya, ada perasaan sakit hati, cemburu, nafsu, dll”
Istriku terdiam, mungkin mencoba mencerna kata-kataku. Lama kami terdiam dengan pikiran kami masing-masing, akhirnya..
“Baiklah Pa, Mama setuju, tapi harus dengan pasangan yang bersih! Bukan cowok/cewek panggilan!”
Lega rasanya mendengar kalimat yang aku tunggu-tunggu dari mulut istriku.

*****
Aku langsung mencari-cari pasangan yang mau just fun dengan kami, email-email dari pengirim cerita cerita seks yang menceritakan tukar pasangan aku kirimin ajakan dan setelah sekian lama akhirnya aku mendapatkan reply yang cukup banyak. Memang rata-rata peminat tukar pasangan agak susah cocok, ada aja yang jadi kendala, ntar cowoknya ga cocok dengan ceweknya atau sebaliknya.
Meskipun istriku tergolong cantik dan masih muda (19 tahun) namun bodynya agak kurus dengan dada 32A alias kecil mungil, belum pernah melahirkan, sedangkan aku sendiri Chinese, berwajah biasa-biasa aja, dengan umur 29thn, 173 cm, 73 kg (Kalau ada pembaca yang berminat silakan kirim email)
Pengalaman pertama Dengan suami istri manado, Sungguh pasangan yang serasi, yang laki tinggi, ganteng dan atletis sedangkan istrinya putih bersih, semampai, dengan body yang aduhai, meskipun agak minder akhirnya kami lakoni juga,
Bertempat di sebuah hotel di bilangan Jakarta Timur dengan Paviliun, kami memesan 2 kamar bersebelahan, setelah keadaan aman kami berempat dalam satu kamar. Awal mula rasanya sangat canggung, Namun toh akhirnya kami mulai dengan cumbuan-cumbuan bersama pasangan kami masing-masing, Aku berciuman mesra dengan istriku sementara Johan dan Erni (sebut saja namanya begitu) asyik berciuman juga, Kami saling pandang melihat langsung pasangan lain bermesraan, gairah didadaku semakin terbakar menyaksikannya..

Perlahan namun pasti pakaian kami sudah bertebaran dilantai, Sambil terus bercumbu aku menyaksikan body Erni yang telah bugil, sungguh indah.. aku tak tahan sendiri aku langsung melangkah kearah Erni dan Johan pun mengerti dia langsung mencumbu istriku..
Sementara aku sedang menciumi seluruh tubuh Erni yang mulus, aku melihat johanpun sedang asyik menikmati tubuh istriku, Perasaan gairah, nafsu, cemburu berbaur menjadi satu.. Aku tumpahkan semua hasratku ke tubuh Erni, Jengkal demi jengkal tubuh Erni tidak ada yang luput dari jilatan lidahku dan elusan jari-jariku, buah dadanya yang besar dengan gemas aku remas, putingnya yang kemerahan aku kulum, jilat dan kadang aku gigit pelan, Erni semakin terbakar, jari-jarinya yang lentik menggenggam senjataku, sementara istriku aku lihat sedang asyik mengoral senjata Johan yang telah keras.. Ernipun tak mau kalah, dengan mahirnya dia menjilati dadaku, perut dan terus turun menjilati senjataku, diselingi dengan kocokan tangannya yang lembut..
Kian lama suasana kian panas, aku balik menyerang Erni, lidahku bermain lama di vagina Erni, klitorisnya yang agak besar aku jilat sampai mengembang, lidahku mencoba menerobos kedalam liang vaginanya, sementara jari jariku terus memilin puting buah dadanya, Erni semakin tak tahan dengan seranganku sementara aku lihatpun istiku masih asyik mencumbu penis Johan, mulut istriku yang mungil sampai monyong mengulum senjata Johan yang berukuran lumayan,
Aku semakin terbawa arus, Erni berteriak-teriak tak tahan minta aku segera memasukkan senjataku, namun aku belum puas menikmati keindahan tubuhnya, meskipun lidahku sampai kaku menusuk vagina Erni namun aku terus melumat seluruh tubuhnya.

Aku lihat istriku sudah menerima tusukan senjata Johan dengan gaya doggy, erangan dan rintihan mereka terdengan jelas ditelingaku.. Akupun segera membopong tubuh Erni dan menidurkannya di kasur.. Dengan gaya konvensional Aku masukkan senjataku ke dalam vagina Erni yang sudah basah.. Lain.. sungguh lain dengan vagina istriku, vagina Erni meskipun sudah punya anak 2 masih terasa mencengkram.. Aku terus menaikturunkan pantatku meraih puncak kepuasan, namun sampai keringatku bercucuran dan berbagai macam gaya sudah aku lakukan, aku belum keluar, ada perasaan ingin menang dihatiku yang membuat aku sekuat mungkin menahan orgasmeku..
Dan akhirnya memang aku menang, aku lihat Johan sudah menyemburkan spermanya ke perut istriku.. Aku semakin bergairah melihatnya, Dengan gaya doggy aku terus menggempur Erni yang sudah orgasme 2x, istriku yang melihat aku belum keluar menghampiri aku, tanpa disuruh istriku menjilati ujung dadaku dan kadang disedotnya kencang, Gairahku semakin tak terbendung.. Akhirnya akupun melepaskan orgasmeku di bokong erni..
Setelah istirahat beberapa menit, kami melanjutkan kembali pertempuran. Kali ini permainan menjadi 3 lawan satu dan masing-masing orang mendapatkan jatah, Pertama adalah Erni, Tubuh Erni terlentang pasrah menerima cumbuan kami bertiga, aku mencium bibir Erni yang sensual sementara istriku mencumbui buah dada Erni dan Johan asyik menjilati vaginanya.. dan efeknya sungguh luar biasa tanpa penetrasi Erni sudah mengalami orgasmenya, giliran kedua adalah istriku, hampir seluruh bagian tubuh istriku tak luput dari belaian dan jilatan, dengan kompak Erni, Johan dan aku menyerang istriku, kali ini istriku bertahan agak lama, akhirnya karena senjataku sudah menegang kembali aku masukkan senjaku ke dalam vagina istriku, sementara Erni dan Johan mencumbui buah dada istriku kiri dan kanan, dan tak lebih dari 5 menit istrikupun mengalami orgasme dengan teriakan yang cukup erotis.
Kini aku dan Johan saling berpandangan, aku mempersilahkannya duluan. Karena aku tidak bakat gay, aku biarkan Johan dicumbu oleh istriku dan istrinya, dengan rakusnya Erni menjilati dada Johan sementara istriku aku mengkaroke senjata Johan, kadang bergantian istriku yang menjilati tubuh Johan sementara Erni mengoral senjata suaminya.. Dan mungkin fisik Johan yang sedang lemah atau memang kenikmatan yang diterimanya terlalu tinggi, Johan menyemprotkan cairan kenikmatannya saat Erni sedang mengoralnya..
Kini giliranku.. sambil berciuman dengan Erni, istriku mencumbui dadaku, lidah istriku yang mahir bermain dari leher sampai senjataku, sementara akupun tidak tinggal diam meremas apa saja yang ada didekatku, kadang buahdada Erni, kadang buah dada istriku, kadang pinggul dan pantat Erni kadang pantat istriku, kini ujung dadaku dicumbu keduanya Erni menjilati dada kiriku dan istriku menjilati dada kananku, sungguh kenikmatan yang tiada tara, senjataku semakin membengkak keras, tak sabar akupun meminta Erni diatas, dan dengan lincahnya Erni menuntun senjataku, pinggulnya yang besar bergoyang seirama keluar masuknya senjataku dalam vaginanya,
meskipun kenikmatan yang aku peroleh dobel namun memang untuk orgasme yang kedua aku agak lama, Aku lihat Johan asyik menonton kami, sementara Erni akhirnya malah orgasme diatas perutku, posisinya diigantikan istriku, istriku yang termasuk lihai bergoyang, mengeluarkan seluruh kemampuannya sementara Erni mencumbu dadaku dan mengelus biji kemaluanku, Aku semakin tak kuat menahan kenikmatan yang datang, akhirnya aku semprotkan spermaku kedalam vagina istriku berbarengan dengan orgasme istriku. Kemudian kami tertidur dalam kelelahan dan kepuasan.

*****
Pengalaman kedua adalah seorang wanita setengah baya yang hanya ingin menonton kami main, katanya gairahnya hanya bisa terbakar jika menyaksikan suami-istri bersetubuh langsung didepan matanya, Karena dia yang mau membayar semuanya, ajakkannya aku terima, tentunya setelah bicara dengan istriku. Dan sungguh aku dibuat kaget saat bertemu dengannya, wajah dan bodinya bisa aku nilai 9. Tak banyak basa-basi kamipun langsung menuju hotel.
Aku sebenarnya bergairah banget melihatnya, sayang dia hanya mau menonton, aku dan istriku kini asyik bercumbu, kami saling meremas dan memberikan rangsangan, Perlahan pakaian kami berserakan, aku dan istriku sudah telanjang bulat sementara tante Henny semakin serius memperhatikan kami, aku lihat wajahnya yang putih sedikit memerah, mungkin sudah bergairah menyaksikan percumbuan kami yang semakin panas, istriku sedang mengoral senjataku, Aku hanya bisa terpejam menikmati permainan mulut istriku di senjataku, namun sungguh tidak aku duga, bibirku terasa ada yang melumat, aku membuka mata sedikit, ternyata tante Henny sedang melumat bibirku dan dalam keadaan telanjang bulat.. Aku yang dari tadi memang bergairah melihatnya semakin bergairah, aku balas melumat bibirnya, lidah kami saling mendorong, sementara jari-jariku meremas buah dadanya bergantian, istriku masih asik mengeluarkan senjataku dalam mulutnya..
tante Henny menyodorkan buah dadanya ke mukaku, langsung saja aku cium kedua buah dadanya bergantian, tak puas sampai disitu, mulutku langsung melumat putingnya, tante Henny semakin meracau tak karuan, dan tak tahan sendiri, dia menarik istriku yang sedang ayik mengoral senjataku yang kaku, dan tante Henny menggantikan istriku mengoral senjataku, istriku pun langsung berpindah mencumbu dadaku, kini aku yang berbalik tak tahan, aku tarik tubuh tante Henny yang sedang berjongkok, lalu aku bisikan supaya dia nungging, dan dengan sati sentakan saja, senjataku sudah terbenam seluruhnya ke dalam vagina tante Henny, Oh.. sungguh hangat sekali vagina tante Henny, aku menggerakkan pinggulku mengeluarmasukkan senjataku, dan istriku yang pintar mengambil inisiatif memilin buah dada tante Henny sementara tangan yang satunya menggosok lembut klitoris tante Henny, dan Tak perlu waktu lama, seluruh tubuh tante Henny mengejang dan melepaskan orgasmenya yang pertama, jelekknya tanpa ba bi Bu lagi tante Henny langsung menuju pembaringan dan tidur!!
Kini tinggal aku dan istriku yang sedang nanggung melongo!! untunglah kami cepat sadar dan meneruskan permainan menuju puncak kenikmatan, mungkin karena pemanasan sudah cukup, tak lama dengan gaya standar dia diatas aku dibawah kami berbarengan mencapai orgasme. Ketika kami bangun, tante Henny sudah tidak ada di tempat dan hanya meninggalkan amplop berisi uang, Aku jadi tambah bingung??
*****
Sejak saat itu, kami mencoba mencari pasangan2 lain yang sepaham dengan pikiran kami, lebih baik selingkuh di depan mata kan, dari pada di belakang suami/istri pada main nyeleweng semua??
TAMAT

Posted By Qazuma4:17 AM

Tukar Pacar


Cerita Sex 17plus – Kejadian ini kira-kira sudah 2 tahun yang lalu, akhir Desember 98. Waktu itu kita, 2 pasang kekasih pergi berlibur ke Puncak. Yah ketika itu sekolah sedang libur. Aku mengajak pacarku Olga sedang temanku Sandy mengajak pacarnya Lisa. Kalau dibandingkan antara Olga dan Lisa keduanya sama-sama menggairahkan. Olga orangnya tomboy sedang Lisa sangat manis, kalau payudaranya lebih besar punya Olga. Kita berempat masing-masing sudah bertunangan dan rencananya akan menikah bersamaan. Karena kita sudah sangat akrab satu dengan lainnya.
Singkat cerita kami berangkat dengan mobil Vitaraku sesampainya di Puncak kami menginap di Villaku. Kami beristirahat sebentar lalu malamnya kami berputar-putar mencari angin. Di dalam mobil Sandy berpelukan dengan Lisa di belakang.
“San kamu kok sudah nggak sabar sih kan malam masih panjang” kataku.
“Habis dingin banget nih” jawabnya. Dengan kaca spionku aku dapat melihat dengan jelas mereka berciuman dan tangan Sandy bergerilya di sekitar dada Lisa, wah tegang aku jadinya melihat mereka dan Lisa tampak sangat cantik malam ini.
“San kalau kamu gitu aku jadi nggak tahan lho..” kata Olga.
“Kamu duduk belakang sekalian aja”, jawab Lisa.
“Edan keenakan Sandy dong”, jawabku.
“Nggak apa-apa to Ric kan sama temen kok dianggap sama orang lain”, jawab Sandy.
“Boleh khan yang”, tanya Olga.
“Terserah kamu aja jika pingin nyoba sana pindah” jawabku, lalu Olga langsung pindah ke belakang. Sandy jadi duduk di tengah, dia mencium Olga dan Lisa bergantian.
“Nanti sesampai di Villa ganti aku nyoba Lisa ya..”, tanyaku.
“Boleh”, sahut mereka serempak.
Karena sudah tidak tahan aku putar mobilku dan langsung kembali ke villa. Aku langsung rangkul Lisa dan aku ciumi, aku lakukan itu di ruang tengah, sedang Olga dan Sandy nonton TV.
“Ric yuk kita main berempat di kamar aja” ajak Sandy.
“OK, aku dan Lisa sih pasti mau-mau aja cuman Olga apa mau jika kamu ikut? sebab kamu kan jelek, gantengan aku?”.
“Ngejek ya aku sih malah takut jika Olga nanti ketagihan sama pelerku”.
Lalu kami berempat mulai masuk ke kamar utama. Kami berempat lalu telanjang bulat.
Pertama-tama kami ciuman aku dengan Lisa sedang Olga dengan Sandy. Kita sih sudah sering melakukan hubungan seks tapi kalau berganti pasangan dan main secara bersama sih baru kali ini. Aku lirik si Olga dia sudah mulai mengisap penis Sandy, sedang Sandy merem-melek keenakan. Aku sedang mainin clitoris Lisa dengan lidahku dia sangat terangsang kelihatannya.
Lalu aku ganti diisep oleh Lisa. Kalau isapannya sih enakan isapan Olga, si Lisa kurang pengalaman kali.
“Mari kita main bareng”, ajakku.
Lalu kita berempat tiduran di karpet si Lisa mengisap penisku dan aku mainin vagina Olga dengan mulutku, sedang Sandy diisap Olga dan Sandy mainin vagina Lisa. Kami main posisi begitu dengan berganti-ganti pasangan.
Setelah puas aku main dengan lisa, vaginanya aku masukin penisku, penisku lebih besar dari punya sandy cuman kalah panjang. Vaginanya sih lebih nikmat punya Lisa sebab lebih kecil ukurannya dan tidak terlalu becek jadi lebih nikmat rasanya.
Kami main berganti posisi dan juga berganti pasangan. Setelah puas aku dan Sandy keluarin di mulut pacar masing-masing. Dan malam itu aku tidur dengan Lisa dan Olga tidur dengan Sandy.
Tamat

Posted By Qazuma4:16 AM

Tukar guling


Cerita Sex 17plus – Sesampainya di rumah setelah terbang sana terbang sini di beberapa kota masih di Pulau Jawa maupun di Pulau Kalimantan dan Sulawesi selama 7 minggu ini untuk urusan bisnis kayu dan hasil-hasil bumi lainnya, tubuhku mulai dilanda letih dan penat luar biasa. Namun secara psikologis justru sebaliknya, aku mulai dapat merasakan suasana rileks dan tentram. Merasa at home dan ingin selekasnya menemui mantan kekasihku, sang isteri tercinta. Hal ini cukup membantu keseimbangan diriku sehingga tidak membuatku dilanda senewen.
Karena penerbangan yang kuambil adalah sore jam 6 dari Surabaya, maka masih sore pula sekitar jam 7.30 aku sudah mendarat dan lalu setengah jam kemudian dengan menggunakan jasa taksi aku sudah menginjakkan kaki di halaman rumahku di bilangan Slipi. Lalu lintas tidak macet karena ini hari Minggu.
Dari luar ruang tamu nampak terang disinari lampu, berarti isteriku ada di rumah. Di rumah kami tinggal 4 orang saja. Aku yang berusia 38, isteriku 31, pembantu laki-laki 52, dan pembantu wanita 44. Oh ya, setelah 9 tahun menikah kami belum dikarunia anak. Jadi semakin menjadi-jadilah diriku menghabiskan waktu mengurus bisnis karena belum ada urusan lain yang memerlukan perhatianku. Syukurlah selama ini bisnisku lancar-lancar saja demikian pula perkawinan kami.
Ketika hendak kupencet bel kuurungkan siapa tahu pintu tidak dikunci. Tadi gerbang depan dibukakan oleh pembantu wanitaku karena kebetulan dia pas lagi mau keluar untuk membuang sampah. Setelahnya dia kembali ke kamarnya yang terletak di samping kiri bangunan utama. Pembantu-pembantuku kubuatkan kamar di luar. Ukuran rumahku cukup besar dengan masih ditambah tanah yang lumayan luas yang kubuat menjadi taman hampir mengelilingi bangunan rumah kecuali sisi kiri karena kepotong kamar-kamar pembantu dan jalan samping. Dari gerbang depan ke pintu kira-kira mencapai 25 meter.
Benar, pintu tidak dikunci dan aku masuk dengan senyap demi membikin isteriku kaget. Aku suka sekali dengan permainan kaget-kagetan begini. Biasanya isteriku suka terpekik lalu menghambur ke pelukanku dan dibarengi dengan ciuman bertubi-tubi. Itulah santapan rohaniku. Dan itu sering terjadi karena aku sering bepergian dalam waktu lama pula, rekorku pernah sampai 3 bulan baru pulang. Pada awal perkawinan kami tidaklah demikian, namun 5 tahun belakangan ini yah begitulah. Dampaknya adalah kehidupan seks kami mulai menurun drastis frekuensinya maupun kualitasnya.
Kali ini aku menangkap suasana lain. Memang biasanya sebelum pulang aku memberitahukan isteriku bahwa dalam 2 sampai 5 hari bakal pulang. Sengaja kali ini aku tidak memberitahu agar lebih dahsyat pekikan-pekikan kangen isteriku itu. Di ruang tamu TV menyala agak keras. Lalu aku menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana dan sekalian mau mengambil air putih. Tidak ada. Ah mungkin lagi tidur barangkali di kamar pikirku. Kuletakkan tas koperku di atas meja makan lalu aku mengambil sebotol air dingin di kulkas. Kuletakkan pantatku di atas kursi sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan. Ada sekitar 5 menit kunikmati asap-asap racun itu sebelum akhirnya kuputuskan untuk naik ke lantai 2 di mana kamar tidur kami berada.
Pelan-pelan kunaiki tangga. Pelan sekali kubuka pintu, namun hanya seukuran setengah kepala. Aku ingin mengintip kegiatan isteriku di kamar spesial kami. Apakah lagi lelap dengan pose yang aduhai. Ataukah lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Berdebar jantungku.
Dalam keremangan lampu kamar (kamar lampuku bisa disetel tingkat keterangannya sedemikian rupa) kulihat ada 2 manusia. Jelas salah satu sosoknya adalah isteriku, mana mungkin aku pangling. Dia lagi mengangkangi seseorang. Posisi kepalanya nampak seperti di sekitar kemaluan lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan. Sulit kudefinisikan. Marah. Kaget. Bingung. Bahkan penasaran. Apa yang sedang berlangsung di depan mataku ini? Kepala isteriku nampak naik turun dengan teratur dengan ditingkahi suara-suara lenguhan tertahan seorang pria xang menjemput kenikmatan seksual. Mungkin saking asiknya mereka berolah asmara terkuaknya pintu tidak mereka sadari.
Tiba-tiba perasaan aneh menjalari diriku. Darahku berdesir pelan dan makin kencang. Rasa penasaranku sudah mulai dicampuraduki dengan gairah kelelakianku yang membangkit. Ini lebih dahsyat ketimbang menonton film-film bokep terpanas sekalipun. Kesadaran diriku juga lenyap entah kemana bahwa yang di depan mataku adalah isteriku dengan pria yang pasti bukan diriku. Sekarang aku lebih ingin menyaksikan adegan ini sampai tuntas. Kontolku mulai mengejang. Posisi mereka mulai berbalik. Isteriku mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya. Persis sama seperti tadi hanya saja sekarang kelihatannya memek isteriku yang dijadikan sasaran. Aku semakin ngaceng.
“Ohh.. Sshh…” suara desisan isteriku berulang-ulang.
Telaten sekali si pria (aku sudah menangkap sosok lawannya dengan jelas adalah pria) sehingga isteriku mulai bergerak meliuk-liuk dan menengadahkan kepalanya berkali-kali.
“Uuhh.. Eehhss.. Teruss jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..”.
Plong rasa dadaku demi akhirnya menemukan identitas sang pelaku pria. Mr. Karmin pembantu priaku yang tua itu. Wah.. Wah.. Pantesan tadi aku agak mengenali sosoknya. Belum sempat aku banyak berpikir kesadaranku disedot kembali oleh suara-suara kesetanan isteriku dari hasil kerja persetubuhan itu.
“Yyaahh.. Teruss.. Teruss.. Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh..”
Semakin binal kepala isteriku tergolek sana sini. Nampaknya dia sudah berada di awang-awang kenikmatan. Aku juga semakin dilanda gairah sehingga tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas burungku sendiri.
“Ahh…”
Ah isteriku akhirnya jebol juga. Aku tahu itu. Tapi nampaknya Pak Karmin masih meneruskan aktivitasnya. Sebentar kemudian kaki isteriku diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang dan kekar itu (meskipun sudah tua tapi tubuh pembantuku masih gagah akibat pekerjaannya yang secara fisik membutuhkan kekuatan). Dimainkan jari-jarinya di liang memek isteriku. Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Semakin kencang kocokan jari Pak Karmin pada memek isteriku. Dengan menggelinjang mengangkat-ngangkat paha isteriku kembali dibuat mabuk kepayang. Akhirnya kulihat batang kemaluan Mr. Karmin sudah diarahkan ke lobang kemaluan isteriku. Busseett gede juga nih punya si tua bangka. Semakin menggelegak gairahku ketika membayangkan bagaimana memek isteriku akan dihujami oleh benda sebesar itu.
Bless. Masuk. Gleg ludahku tertelan.
“Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk.. Paakk..”.
Pelan-pelan dipompanya memek isteriku dengan godam si Mr. Karmin. Mulai menggila kembali goyangan pantat isteriku melayani rangsekan-rangsekan si batang besar itu.
“Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott.. Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh..”
Aku menyaksikkan tubuh isteriku terhentak-hentak naik turun akibat sodokan-sodokan yang bertenaga itu. Tangan Mr. Karmin tak tinggal diam menyenggamai buah dada isteriku yang telah menjulang tegak. Wuuhh gila, dahsyat sekali pemandangan yang kusaksikan ini. Setelah hampir 10 menit diangkatlah tubuh isteriku dan dibalikkannya menjadi posisi menungging.
Gaya anjing rupanya dikenal juga oleh Si Tua ini. Kembali liang memek isteriku dihunjam dari arah belakang. Konsistensi gerakan kontol yang maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan isteriku semakin mengobarkan hasratku.
“Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh.. Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa..”
Pompaan Mr. Karmin semakin lama dibuat semakin bertenaga dan semakin cepat.
“Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu.. Teruss.. Paakkhh..”
Kupikir bakalan selesai eh ternyata isteriku sekarang disuruh berdiri, Mr. Karmin menyetubuhinya sambil berdiri. Tanpa sadar aku menoleh ke lantai bawah ternyata si Pembantu Wanita memergokiku sedang mengintip. Karena jengah atau bagaimana Mrs. Karmin merona mukanya lalu menyingkir ke belakang dengan tergesa. Pembantuku adalah suami isteri.
“Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh.. Keelluaarr.. Nihh Paakkh..”
“Aku sebentar laggii.. Juuggaa.. Ibbuu..”
“Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh.. Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh”

Sambil mengejang-ngejang keduanya melepas energi terakhir dan terbesar yang disertai ledakan kenikmatan luar biasa. Mr. Karmin akhirnya jebol juga pertahanannya. Begitu adegan selesai aku dengan perlahan sekali menutup pintunya. Kuturuni perlahan tangga menuju dapur kembali. Celanaku masih padat mnggembung tak terkira. Aku senewen ingin menuntaskan hasratku.
Ketika sampai dapur kulihat Mrs. Karmin sedang duduk termangu. Kami saling menatap dalam keadaan bingung dan resah. Kudekati dia ketika mulai terisak-isak meneteskan air mata, ingin kutenangkan hatinya. Mungkin kejadian tadi telah berulang kali berlangsung selama aku tidak di rumah.
“Sudah sering kejadianya Mbok?” tanyaku. Dia mengangguk.
“Maafkan isteriku yah”

Entah kenapa tiba-tiba mata kami bertatapan kembali. Selama ini dia tidak berani menatapku. Kali ini mungkin dia sedang kesepian dan masygul hatinya.
“Ayo ke kamarmu Mbok.”
Hasratku masih tinggi dan harus dituntaskan. Kami saat ini sedang masuk dalam situasi kejiwaan yang membutuhkan pertolongan satu sama lain. Plus gairah buatku. Ketika sampai kamarnya yang agak sempit itu, kusuruh dia duduk di ranjang. Kupegang tangannya dan kuelus. Sosok wanita ini sebenarnya tidak terlalu buruk. Kulit terang meskipun tidak semulus isteriku tapi lumayan bersih. Tinggi sedang dan hebatnya perut tidak terlalu melambung. Tetek cukup besar setelah kusadari saat ini. Dia selalu memakai kebaya dan kain.
Kepalanya ditimpakan di dadaku. Meskipun dia lebih tua dari aku namun dalam kondisi begini dia memerlukan kekuatan dari dada laki-laki. Kubiarkan meskipun dibarengi aroma bumbu dapur. Tapi tidak terlalu menyengat. Rambutnya otomatis megenai hidungku. Bau minyak rambut Pomade menyergap hidungku. Kucium-kucium dan kuendus-kuendus. Kujalari menuju ke telinga. Diam saja. Ke lehernya. Malah terdengar ketawa kegelian. Mulai kuusap lengannya. Semakin erat dia mendesakkan tubuhnya ke diriku. Sambil mengusap lengan kanannya naik turun sengaja kurenggangkan jariku sehingga menyentuh tipis teteknya. Terus kuulang sampai akhirnya kepalanya mulai bergoyang. Lalu kuelus langsung teteknya. Gemas aku. Dia mulai mendesah. Kuremas-remas lembut. Mulai melenguh. Kubaringkan. Menurut saja. Kubuka bagian dada dari kebayanya. Memang besar miliknya. Kuning agak pucat warnanya. Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya.
“Ehhmm.. Eehhf..”
Kusingkap kainnya dan kuelus pahanya.
“Ehh.. Ehhshs..”
Kuselusupkan tanganku jauh menuju pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya.
“Ehhss.. Ehhss.. Oohh…” tergolek kanan kiri kepalanya.
Kutindih dia dengan mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari tetek sampai leher kanan kiri dengan lidahku.
“Oohh.. Paakk.. Oohh..”
Kurenggut bibirnya yang tebal dengan bibirku. Kumasukkan lidahku menjangkau lidahnya. Pada mulanya pasif. Lalu dia mulai mengerti dan kami saling beradu lidah dan ludah. Berkecipak suara kuluman kami. Kutekan-tekan bagian bawah diriku sehingga tonjolan burungku menggesek wilayah memeknya. Mengerinjal pantatnya.
“Esshh.. Ehhss.. Oohh…” desahnya berulang-ulang.
Kami berdiri untuk melepas baju masing-masing setelah kubisikkan keinginanku. Kuamati dari ujung rambut sampai kaki. Keteknya dibiarkan berbulu, ah sensasional sekali. Baru kali ini kulihat wanita membiarkan keteknya berbulu. Isteriku licin sekali. Jembut mememknya lebat sekali dan cenderung tidak rapi. Luar biasa. Karena hasratku yang sudah tinggi sejak tadi langsung kugumul
Dia dan menjatuhkannya di ranjang. Kujilati kembali mulai dari kening, leher, pipi, tetek, ketek (di sini aku berlama-lama karena penasaran sekali dengan rasa bulunya), perut dan memeknya. Kumainkan lidahku memutari labia mayoranya.
“Oohh.. Paakk.. Ohh..”
Dipegangi kepalaku dan ditekan-tekannya sesuai keinginannya. Kumasuki klitorisnya dengan lidahku. Aku tidak jijik kali ini. Hasratku yang menggila telah mengalahkan kebiasaanku selama ini.
“Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh.. Mmass..”
Dia memanggilku Mas berarti kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas pantatnya sebelum akhirnya kujebloskan kontolku ke memeknya yang telah banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa tergesa. Yang penting bertenaga dan merangsek ke dalam. Menggeliat-geliat kayak cacing kepanasan si Mrs. Karmin ini. Semakin dikangkangkan pahanya. Kupegang ujung telapak kakinya sambil aku terus menyodokinya.
“Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam .. Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh.”
Kubaringkin miring lalu kulipat kaki kanannya ke depan dan kuhujami memeknya dari belakang. Kami bersetubuh dalam posisi berbaring miring (kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dog-style. Namun dia telungkup sehingga tingkat penetrasinya lebih maksimal. Benturan-benturan dengan pantatnya yang bulat membuatku gemas. Kugenjot sedalam-dalamnya memeknya yang rimbun itu.
“Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs…” begitu terus erangnya sambil membeliak-beliak.
Akhirnya setelah 23 menit kami menegang bersama dan mencurahkan cairan masing-masing berleleran di dalam memeknya. Cairan miliknya sampai tumpah ruang merembes keluar memeknya, punyaku juga demikian saking tidak tertampungya semprotan maniku.
Kubiarkan kontolku masih terbenam sambil aku tetap menindihnya. Aku jilatin lagi leher dan pipinya sampai kontolku sudah lemas tak berdaya. Tanganku masih aktif bergerilya mengusapi buah kembarnya yang masih mengencang. Kujilat-jilat dan kuhisap-hisap. Keringat kami campur aduk membanjiri spreinya yang sudah agak kusam itu.
****
Sejak saat itu bila aku pulang dari bepergian maka aku mengunjungi Mrs. Karmin terlebih dahulu untuk bersetubuh di kamarnya baru masuk rumah setelah maniku terhambur ke memeknya yang mudah basah itu. Malah boleh dikata sudah tidak pernah lagi menggauli isteriku sendiri.
Suatu kali Mr. Karmin memergokinya ketika mau ambil rokok, namun aku cuek saja kepalang lagi hot, tapi dia mafhum saja. Toh ibaratnya kami seperti tukar pasangan. Pernah terbersit di kepalaku untuk melakukan sex party berempat. Tapi gagasan itu belum terlaksana, karena aku masih merasa risih kalau rame-rame begitu.
Tamat

Posted By Qazuma4:15 AM

Istri-istri kami


Cerita Sex 17plus – Triyono (samaran) adalah sahabat lamaku sejak aku SMA. Kini setelah kami sudah mempunyai anak remaja (umurku 46 tahun) dia masih sahabatku, bahkan istrinya yang bernama Atik (samaran) dan istriku sangat akrab, dan kami rutin selalu ketemu kalau tidak dirumahnya, ya dirumahku.
Bahkan jika aku dan Triyono pergi mancing ketengah laut dengan sewa perahu, tak jarang istriku menginap dirumah menemani istrinya atau sebaliknya (karena anak kami sudah remaja dan mereka kuliah dikota lain).
Begitu akrabnya kami sehingga tak jarang kami melakukan yang menurut pandangan orang ketiga adalah hal yang aneh, misalnya ditengah gurauan, kadang kadang Triyono memeluk istriku dan menciumi pipinya berkali kali, didepanku maupun didepan istrinya. Demikian pula sebaliknya ketika kami bercengkarama berempat kadang kadang Atik dengan manja tiduran berbantal pahaku. Tentunya sikap kami ini tidak didepan anak anak yang sudah berangkat remaja.
Bahkan pernah didapur rumahku aku memergoki Triyono mencolek pantat istriku, dan kulihat istriku pura pura marah, aku tahu itu dari raut wajahnya, tentu saja sebagai lelaki normal kadang aku dilanda cemburu. Tetapi kami selalu lebih memegang persahabatan, apalagi akupun sering melakukan hal yang sama terhadap istrinya.
Tentu saja keadaan ini tidak terjadi begitu saja, kami menjalin hubungan kekeluargaan sejak kami menikah. Namun sejauh itu kami tidak pernah melakukan hal hal yang terlalu jauh. Sampai suatu hari terjadilah apa yang belum pernah terbayangkan sebelumnya, setidak tidaknya olehku. Tapi aku yakin ini adalah rencana Triyono dan istrinya yang sudah dipersiapkan (ini kusadari setelah cukup lama peristiwa itu terjadi)
Seperti yang sering kami lakukan, pada hari jumat yang kebetulan hari libur kami berempat ber week end di Villaku didaerah Ciloto. Walaupun tidak terlalu mewah namun villaku ini cukup luas dan cukup nyaman untuk beristirahat di akhir pekan. Kami selalu rutin mengunjunginya paling tidak sebulan sekali, biasanya hanya aku dan istriku, kadang kadang anak anak ikut, atau famili lain.
Kali ini aku mengajak Triyono dan istrinya, tidak ada yang istimewa kami hanya ingin menikmati liburan dan seperti biasanya selesai makan siang dijalan, istriku mampir untuk beli pepes ikan Mas kesukaanku. Sampai di villa sekitar jam jam 2 siang, aku tidur pulas, sampai akhirnya dibangunkan istriku untuk makan malam. Kami makan malam berempat dengan nasi hangat dan pepes ikan.
Selesai makan malam kami menonton TV sambil ngobrol kesana kemari diruang keluarga. Setelah bosan ngobrol, Triyono mengambil inisiatif mengambil kasur dikamarnya dan dihamparkan didepan TV dia dan istrinya menonton TV sambil tiduran, dan akupun berbuat hal yang sama. Atiek masuk kamarnya dan mengganti dasternya dengan baju tidur yang amat tipis tanpa BH dan CD, ini terlihat jelas dari bayangan tubuhnya dibalik gaun tidurnya.
Kulihat dia sangat atraktif mempertontonkan tubuhnya didepanku dan didepan istriku. Kulihat Triyono acuh saja melihat tingkah istrinya. Kamipun menonton TV sambil tiduran, istriku dan Atiek tidur berdampingan ditengah sedangkan aku berada disamping istriku dipinggir. Acara TV terasa membosankan mungkin karena aku tidak bisa konsentrasi, aku lebih terpesona menikmati tubuh yang menggairahkan yang tergolek disamping istriku dan itu membuat adik kecilku dibalik sarung setengah ereksi.
“Pah.., puterin film yang hot.. dong.., aku kedinginan nih..” Atiek menyuruh suaminya memutar film porno.
Aku tahu mereka sering muter film porno karena kami sering tukar menukar film, tapi selama ini kami belum pernah nonton bersama sama.
Sebelum beranjak mengambil film, Triyono basa basi minta ijin istriku “Rin..muter film blue ya..”
“Terserah aja ” jawab istriku.
Filmnya cukup bagus dengan latar belakang jaman kekaisaran romawi, adegan sexnya tidak vulgar, dan ini membuat gairahku cepat bangkit. Sarungku sudah terdongkrak keatas sementara kulihat Atiek sering mencuri padang kearah sarungku yang memang sengaja tidak kusembunyikan. Sementara itu istriku sudah memindahkan kepalanya diatas lenganku dan jari tangannya meremas remas jari tanganku. Aku sudah hapal sekali, istriku pasti sudah terangsang.
Triyono menonton film itu dengan memeluk istrinya secara ketat dan tangannya mengusap usap payudara Atiek dari luar baju tidurnya, sesekali diciumnya bibir istrinya dalam dalam. Sementara itu kaki kanan Atiek ditekuk dan pahanya menindih paha istriku, sehingga tak terhindarkan baju tidurnya yang memang pendek makin tersingkap sehingga akupun makin leluasa melahap pahanya yang putih mulus, dan sebagian rambut dipangkal pahanya dengan sudut mataku.
“Mbak Rin,.. Aku jadi pengen nih..” Atiek bicara kepada istriku.
“Ya nggak apa apa, wong Mas nya nyanding koq.” Istriku menyahut sambil senyum penuh arti.
Aku makin terangsang, kumiringkan tubuhku menghadap istriku sehingga aku bisa melihat paha mulus Atiek, dan kuselusupkan tanganku dibalik blouse istriku yang tidak ber BH untuk meremas remas buah dadanya, sementara tangannya sudah masuk kesarungku untuk mengelus elus penisku yang sudah berdiri keras. Ia menutup tanganku dengan bantal sehingga gerilya yang kulakukan tidak terlihat oleh Triyono dan Atiek. Walaupun itu sebenarnya hal itu tidak perlu dilakukan, karena mereka sudah tidak memperhatikan kami lagi, keduanya sudah mulai tenggelam dalam percintaan.
Ketika Atiek melepaskan seluruh pakaiannya dan mencopoti pakaian suaminya, Triyono menggeser posisinya merapat keistriku, sedangkan Atiek menindihkan tubuhnya yang bugil dari sebelah kanan, sehingga Triyono berdampingan dengan istriku.
Mereka berciuman sambil saling saling mengelus penuh nafsu, kulihat istriku sering melirik mereka dengan gairah, ikut terhanyut dengan adegan panas persis satu jengkal disampingnya.
Tiba tiba Atiek menghentikan pergulatan dengan suaminya dan tangannya meraih blouse depan istriku dan melepas kancingnya.
“Biar adil dong Mbak..” sambil tangannya terus melolosi seluruh pakaian istriku.
Walaupun wajah istriku protes, tapi usaha mencegah tangan Atiek yang nakal, tidak serius sehingga dengan mudah Atiek melucuti pakaian istriku. Sekelebat kulihat mata Triyono melahap seluruh tubuh indah istriku, bahkan ia segera mengeser posisinya merapat ketubuh istriku, sehingga lengannya menempel pada pinggir payudara istriku.
Aku tak sempat berfikir macam macam, nafsuku mendominasi pikiranku, kucopot seluruh pakaianku sehingga kami berempat sudah bugil, kuciumi istriku, sambil jariku mengelus vaginanya yang sudah basah. Istriku mendesis desis keenakan tangan kanannya mendekap punggungku erat erat, sedangkan tangan kirinya tertindih tangan Triyono.
Kurasakan elusan lembut sebuah tangan halus menelusuri bokongku, bahkan kemudian mengarah keselangkangan dan mengelus buah zakarku. Aku sudah menduga pemilik tangan itu, dan hatiku berdesir ketika kulihat tangan Atiek lah yang sedang mengelus batang penisku, sambil mulutnya menciumi dada suaminya. Aku yakin Triyono melihat tangan istrinya yang sedang beroperasi di batangku yang keras seperti kayu, tapi dia tampak acuh saja, bahkan kini lengan kanannya telah mendidih susu istriku.
Istriku tidak menyadari atau pura pura tidak tahu bahwa tangan Triyono sudah menindih payudaranya, dan wajahnya dipalingkan kearah yang berlawanan.
Atiek sambil berubah posisi dengan setengah duduk dipaha suaminya dengan selangkangan yang terbuka lebar memperlihatkan vagina merah basah yang sangat indah, sementara tangan kanannya menggosokan gosokkan kemaluan suaminya ke klitorisnya, sementara buahdadanya menggantung diremas remas suaminya.
Posisinya tersebut membuat tubuh Triyono merenggang dari tubuh istriku sehingga tangan kiri istriku yang tertidih menjadi bebas. Dari padangan matanya yang sayu dan pahanya sudah direntangkan, aku tahu baha istriku sudah memberi lampu hijau. Dituntunnya penisku kearah lubang vaginanya, dan dalam tempo singkat aku sudah melayang menikmati jepitan lobang kemaluan istriku. Sementara aku mengocoknya perlahan lahan, istriku mendesis desis keenakan, kini wajah istriku menghadap kearah Triyono bahkan hanya berjarak sejengkal dengan wajah Triyono namun matanya terpejam.
Atiek sudah terlengkup ditubuh suaminya, sementara pinggulnya naik turun, mengocok batang suaminya yang sudah melesak ditelan liang kenikmatannya. Sekali kali tangannya meremas bokongku dan istriku melihat aktifitas tangan Atiek ini, tapi rupanya diapun tak ambil peduli. bahkan beberapa kali Triyono mencium mulut istriku yang tengah mendesis, istriku diam saja, walaupun tidak meresponnya. Entah kenapa aku tidak cemburu melihat istriku diciumi oleh Triyono saat sedang kusetubuhi, bahkan aku makin terangsang. Karena kulihat ciuman itu membuat istriku makin bergolak gairahnya. Ini kurasakan dari gerakan dan nafasnya mendengus tidak seperti adat biasanya.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama gerakan istriku tak terkendali, bahkan ia membalas menyedot ciuman Triyono, dan pada saat itulah istriku menghentak hentakkan pinggulnya keatas, mulutnya menghisap mulut Triyono dalam dalam sambil merintih. Dia telah orgasme. Ini diluar kebiasaan, istriku biasanya cukup tahan lama, tapi kali ini dia cepat selesai, padahal aku merasa masih tahan lama.
Kuhentikan kocokanku, kucabut penisku, aku masih tanggung tetapi aku memang tidak ingin selesai sekarang, aku masih berharap istriku bangkit lagi setelah istirahat. Kutatap wajah istriku yang penuh kepuasan. Disampingnya kulihat Triyono menggengam tangan istriku.
Melihat aku tegeletak disamping istriku, dengan kemaluan yang masih tegar, Atiek segera tahu bahwa aku belum ejakulasi. Tiba tiba Atiek menghentikan goyangan pinggul, dicopotnya penis suaminya dari vaginanya. Dengan melangkahi tubuh istriku, Atiek segera menghampiriku, kemudian dengan dasternya yang diambil dari sisi kasur dibersihkannya penisku yang penuh lendir istriku.
Dia menindihku dan menciumku. Aku sempat kaget, aku tak menduga kejadian itu, kulirik Triyono tetapi dia hanya melihat tingkah istrinya tanpa reaksi. Istriku juga hanya melirikku sebentar kemudian memejamkan mata kembali, menikmati sisa orgasme yang ia dapat dariku.
Kubalas ciuman Atiek dengan nafsu, tangan kiriku mengelus bokongnya sedangkan tangan kanan meremas buah dadanya. Atiek menjulurkan lidahnya menyambut lidahku, sementara vaginanya yang basah digesek gesekan ke diatas kemaluanku. Tampak Atiek sudah sangat terangsang, sehingga ciuman kami hanya berlangsung sebentar, segera dia menghentikan ciumannya, ditariknya badannya sehingga sekarang posisinya duduk diatas pahaku, sementara belahan kemaluannya menidih pada batang penisku yang rebah diatas perut.
Kulihat belahan kemaluannya yang merah penuh lendir, aku sudah tidak sabar lagi, kuangkat pinggangnya dengan kedua tanganku, Atiek cepat tanggap, sambil mengangkat pantatnya, diambilnya penisku dan diarahkan kelobang vaginanya. Dalam hitungan detik, kemaluanku sudah menyelusup kedalam vagina Atiek. Atiek melenguh pelan, badannya ambruk kedadaku dan wajahnya menempel disamping kepalaku sambil mendesis desis. Kuangkat pinggulku berusaha mengocok kemaluan Atiek, dan diapun mengikuti gerakanku tetapi pinggulnya digoyang memutar sedangkan otot vaginanya menjepit kemaluanku, jepitan dan putaran pinggulnya tidak akalh dengan istriku, kenikmatan menjalar keseluruh penisku.
Sepuluh menit telah berlalu dan kurasakan Atiek mulai mempercepat goyangannya, mulutnya menciumku dan lidahnya menerobos masuk ke mulutku. Nafasnya tersengal, aku segera mengerti bahwa sedang mulai masuk kemasa orgasme. Tanpa menunggu waktu lagi kupercepat kocokanku, karena kemaluankupun sudah berdenyut denyut enak, dan segera akan keluar.
Ketika kurengkuh bokongnya, Atiek merengkuh pundakku makin kencang, dari mulutnya keluar erangan kenikmatan yang panjang dan kemaluannya ditekan keras ke kemaluanku, dia sedang orgasme. Dan segera kulepas pula air maniku menyemprot didalam vaginanya. Kenikmatan yang luar biasa.
Walaupun permainanku sudah berakhir tetapi Atiek tidak mau mencopot kemaluanku dari vaginanya, dia hanya mengeser tubuhnya dari dadaku untuk meringakan tindihan tubuhnya diatas tubuhku. Kesadaranku mulai pulih, kulihat istriku sedang bergumul dengan Triyono. Dengan tubuh yang bugil dia menindih tubuh istriku, mereka berciuman dengan pelan dan dalam, tangan meremas remas buah dada istriku yang tergolong besar dan montok, sementara tangan istriku mengelus bokong Triyono, dan kudengar desahan halus dari mulutnya itu pertanda istriku sudah mulai terangsang lagi.
Melihat istriku terangsang, tiba tiba akupun terangsang kembali. Aku sangat senang istriku menikmati sexnya, Kuhadapkan tubuhku kearah istriku, dan Atiek segera merangkul pinggangku dengan kakinya dari belakang, sambil menikmati sisa orgasme yang kuberikan padanya.
Triyono sedikit mengeser tubuhnya dan tangan yang tadinya meremas tetek istriku turus kebawah, kearah kemaluan istriku, dan istriku mengangkat pinggulnya ketika jari tengan Triyono memutar mutar clitorisnya. Desahan dari mulutnya makin keras.. Triyono mengangkat tubuhnya dan dibukanya lebar lebar paha istriku.
Istriku menoleh kearahku, matanya sayu memandangku seolah minta ijin padaku. Kupandangi dia, dia sangat cantik tak kuasa aku menghalanginya. Kukecup bibirnya kuusap rambutnya tanda bahwa aku menyetujuinya. Dan ketika penis priyono melesak kedalam vaginanya, istriku memejamkan mata keenakan, dan tangannya mengelus elus penisku seirama dengan kocokan yang diberikan Triyono.
Kuciumi bibirnya, pipinya lehernya, atau mana saja yang kudapat karena istriku dalam kenikmatan, selalu kepalanya tidak bisa diam, menoleh kekiri kekanan sambil menjilat jilat bibirnya sendiri. Sementara tangan kanannya mengocok penisku tangan kirinya merangkul pundak Triyono. Tangankupun tak henti hentinya meremas remas buah dadanya. Kudengar pula desisan Triyono menambah suasana jadi makin mengairahkan.
Tiba tiba istriku berhenti menggelengkan kepalanya, dahinya berkerut dan giginya menggigit bibr bawahnya, dia menoleh kearahku, istriku akan selesai dan sebentar lagi pasti akan melenguh panjang.
“Pah.. aku sudah nggak tahan.. Pahaahh.. eghh.. eegghh”
pada saat itu dia mendongakkan wajahnya keatas, matanya menatap mata Triyono dengan sayu.
Pada saat yang sama, aku tak tahan menahan ejakulasi, digenggaman tangannya. Kulihat Triyono menekan kemaluannya dalam dalam kevagina istriku untuk berejakulasi.. Ketika dia mencabut kemaluanya, kulihat sisa air mani meleleh keluar dari bibir vagina istriku, yang berwarna kemerahan.
Malam ini adalah malam pertama dimana istriku merasakan penis orang lain selain punyaku apalagi dia merasakannya sekaligus dalam selang beberapa menit, sebuah pengalaman yang sangat memuaskan kami berempat.
Sejak itu kami sering melakukannya, sedikitnya sebulan sekali, dan kami berkomitmen ini hanya dilakukan berempat, Bahkan kini muncul ide baru dari Atiek untuk menambah menjadi tiga pasangan. Hanya saat ini kami belum menemukan pasangan yang bisa diajak main. Pengalaman ini ditulis juga atas persetujuan kami semua.
TAMAT

Posted By Qazuma4:14 AM